4 Bekal Sukses Mendidik Anak

Sebelum mulai melangkah, marilah sedikit kita mengulang apa sajakah perbekalan yang harus kita persiapkan untuk memulai memahat supaya menghasilkan ukiran […]

assorted-color pencil

Sebelum mulai melangkah, marilah sedikit kita mengulang apa sajakah perbekalan yang harus kita persiapkan untuk memulai memahat supaya menghasilkan ukiran yang indah, untuk memulai mengasah agar menjadi intan yang cemerlang.

Bekal pertama, Ilmu

Sebuah ungkapan yang amat terkenal ‘al ilmu qablal qauli wal ‘amali’, berilmu sebelum berkata dan berbuat. Pendidikan anak merupakan sebuah amanah yang sangat besar, inilah peran utama para muslimah dalam dakwah. Maka tidak mungkin akan dihasilkan generasi rabbani yang cemerlang jika para pendidiknya tidak berbekal dengan ilmu yang cukup. Agar langkah ini tak gontai maka harus berjalan di atas pijakan yang kokoh.

Ilmu yang dimaksud di sini meliputi ilmu apapun, baik itu ilmu agama ataupun ilmu dunia, terlebih ilmu tentang mendidik anak itu sendiri. Betapa banyak waktu yang telah kita khususkan untuk belajar di sekolah-sekolah atau di kampus-kampus, maka hendaklah kita memberikan porsi yang cukup untuk ilmu yang kita perlukan sepanjang waktu kita bersama buah hati yang akan menjadi penyejuk hati dan penghias kedua mata ini.

Ilmu yang pertama dan paling utama untuk dipelajari adalah ilmu agama. Dari Shahabat Utsman radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah, bahwa pendidikan anak itu adalah menanamkan nilai-nilai agama dan akhlaq pada anak, oleh karena itu bekal utama yang kita perlukan adalah ilmu tentang tentang aqidah dan tauhid, karena ini adalah hal mendasar yang harus kita tanamkan pada anak. Selanjutnya ilmu fiqh, tentang thaharah (bersuci), shalat, puasa dan sebagainya, kemudian tentang do’a-do’a dan masih banyak lagi pengetahuan yang kita perlukan dalam masalah ini. Maka bersemangatlah wahai para ibu dalam mempelajari ilmu agama.

Bekal Kedua, Keteladanan

Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

‘Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengatakan apa yang tidak engkau lakukan. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan’ (QS. As-Shaf : 2-3).

Perkara ini sangatlah penting dalam pendidikan anak, baik itu dalam penanaman tauhid, adab dan akhlak. Anak itu seperti cermin yang akan menampakkan apa saja yang terpantul dengan apa adanya. Ketika kita memberikan suatu pelajaran pada anak, dan dia memperhatikan dan menyimpannya di memori, maka pada suatu saat nanti jika kita melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang pernah kita katakan, maka sang anak pasti akan langsung memprotes apa yang kita lakukan.

Keshalihan ayah dan bunda sekalian akan sangat mempengaruhi pertumbuhan buah hati kita. Ia akan merekam setiap apa yang tertangkap oleh matanya, kemudian menyimpannya di memori terdalam dan akan memperlihatkan kepada kita ketika ia mampu untuk memperagakannya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehatkan,

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927).

Dimanakah anak itu tumbuh dan berkembang? Siapakah yang menjadi teman dekatnya? Maka jawabnya adalah di sisi orang tuanya lah ia tumbuh dan berkembang, dan dengan kedua orang tuanyalah ia berteman baik.

Bekal Ketiga, Ikhlas dan Sabar

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى،

Sesungguhnya setiap amalan itu pasti ada niatnya, dan setiap orang itu hanya akan memperoleh sesuai dengan apa yang diniatkannya . . .’ (HR. Bukhari-Muslim).

Hadits ini menunjukakan bahwa setiap amalan yang kita lakukan pastilah ada niat dan tujuannya. Sebagaimana yang dikatakan sebagian ulama, ‘Seandainya Allah itu membebani kita dengan sebuah amalan dengan tanpa niat, maka sesungguhnya tidak ada beban yang dilakukan.’

Maka hendaklah kita menjadikan niat itu ikhlas karena Allah ta’ala dalam setiap perkataan, perbuatan dan dalam keadaan apapun, sehingga akan diperoleh sebaik-baik balasan dan tiada sebaik-baik pemberi balasan kecuali Allah. Balasan terbaik itu hanya akan kita dapat ketika kita benar-benar mengikhlaskan niat kita karena Allah.

Demikian juga dalam perkara mendidik anak. Jika kita ingin mendapatkan semua pahala dan keutamaan mendidik anak yang telah Allah janjikan, maka konsekuensinya adalah kita harus melakukan ikhtiar mendidik anak dengan sungguh-sungguh dan mengikhlaskan niat karena Allah ta’ala semata. Ikhlas itu dari hati, dan akan tercermin dalam lisan dan perbuatannya.

Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ 

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah : 153).

Mendidik anak bukanlah hal yang mudah dan ringan, ini adalah amanah yang harus dipangkukan kepada para ayah dan bunda. Hal ini tidak akan dapat berjalan dengan baik kecuali dengan niat yang ikhlas, kesabaran yang tinggi dan pertolongan yang banyak dari Allah ta’ala.

Oleh karena itu wahai ayah dan bunda.. jadikanlah sabar itu sebagai penolongmu. Bersabarlah dengan setiap ujian yang ditimpakan kepadamu disebabkan oleh anakmu, karena sungguh hal tersebut tidak akan sia-sia di sisi Allah ta’ala. Insyaallah.

Bekal Keempat, Do’a

Allah ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ 

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mukmin: 60).

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Doa adalah obat yang paling bermanfaat. Ia merupakan musuh bagi musibah, yang akan menolak dan menghilangkannya, yang mencegah turunnya, mengangkatnya, atau meringankannya apabila sudah menimpa. Doa adalah senjata orang beriman”.      

Wahai ayah dan ibu.. Kita hanya manusia biasa yang tidak mempunyai kemampuan selain hanya berusaha dan yang tidak boleh lupa adalah berdoa. Banyaknya usaha kita tidak akan berarti tanpa kehendak dari Allah ta’ala. Oleh karena itu kita harus selalu menggantungkan semua urusan kita kepadaNya, terlebih dalam urusan pendidikan anak.

Tanpa bimbingan dan pertolongan dari Allah, kita tidak akan dapat melihat bagaimanakah tabungan itu akan bermanfaat bagi kita di dunia dan akherat kelak. Maka, memperbanyak doa tentang mendidik anak adalah suatu hal yang tidak boleh kita lupakan.

Banyak contoh do’a dalam Al-Qur’an maupun hadits, Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam berkata,

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Robbi hablii minash shoolihiin”

(Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh). (QS. Ash-Shaffaat: 100).

 

 

Nabi Dzakariya ‘alaihis salaam berdo’a,

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa

(Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa) (QS. Ali-‘Imron: 38).

Ibadurrahman (hamba Allah Yang Maha Pengasih) berdo’a,

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa”

(Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa). (Q.S Al-Furqon : 74)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Yang menentukan keberhasilan pembinaan anak, susah atau mudahnya, adalah kemudahan dan taufik dari Allah ta’ala. Jika seorang hamba bertakwa kepada Allah serta berusaha menempuh metode pembinaan yang sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan memudahkan urusannya (dalam mendidik anak).

Allah ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya.” (QS. Ath-Thalaaq : 4)

Semoga Allah selalu memudahkan langkah dan usaha kita dalam mendidik anak-anak kita. Aamiin. Wallahu a’lam bis shawab

Penulis: Ummu Fawwaz Rinautami Ardi Putri

Referensi:

  1. Huquuq Da’at Ilaiha al Fitrahwa Qarrarat-ha asy-Syari’ah, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin.
  2. Nashiihatii Linnisaa’i, Ummu ‘Abdillah bintu Syaikh Muqbiil bin Hadi al Waadi’ii
  3. Nidaa’u ilaal Murabbiyiina wal Murabbiyaat litaujiihil Baniin wal Banaat, Syaikh Muhammad bin Jamiil Zainuu.
  4. Taisiirul Kariimir Rahmaani fii Tafsiiri Kalaami Manaani, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nasir as-Sa’diy.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja
Scroll to Top